Sabtu, 03 September 2011
Letting Go
Malam ini dan entah untuk yang ke berapa kali, rasanya pahit. Kata orang, menulis bisa membuat perasaan lebih lega. Sejujurnya yang kurasa cuma pahit menghimpit. Sejujurnya aku ingin menutup mata dan terdiam dalam kelamnya malam. Boleh dibilang norak atau apapun itu yang jelas lelah itu datang lagi.
Semua dimulai pada suatu hari yang tiba-tiba. Satu hari dimana aku mengenalnya. Dia bukan orang lama dan kisah kita baru dimulai. Bukan asmara tentu saja. Hanya pertemuan antara dua orang asing yang bertegur sapa di persimpangan jalan. Meski begitu, keberadaannya telah memberi arti. Hidup tak akan sama ketika ada seseorang singgah di hati kita.
Benak dan hatiku berharap. Andai dia rumah tempat aku pulang. Atau andai aku bisa menjadi bagian dari hidupnya. Menjadi nyata dan segala omong kosong yang dibangun atas dasar harapan.
Kukatakan yang sejujurnya pada dia. Pria asing itu terkejut.
"Bagaimana bisa," katanya suatu hari.
"Tak ada yang tak mungkin. Rasa sukaku tak butuh alasan," itu jawabku.
Dia hanya berkata kalau tak ada penolakan tapi juga penerimaan. Aku sadar itu. Cintanya telah tertambat pada hati yang lain. Sama sepertiku. Dia sendiri sedang menuju jalan pulang atau kalau boleh kukatakan, dia menunggu sang empunya rumah kembali membuka pintu hati untuknya.
Sebagai teman, wanita asing, aku pun sadar. Tak ada tempat untukku di hati pria itu. Entah ini patah hati untuk yang keberapa aku juga tak tahu. Yang jelas aku hanya ingin berarti untuknya meski hanya sebagai orang asing.
Suatu malam, kenyataan pahit itu datang. Dia menemukan kembali rumah dan pemiliknya yang sempat hilang. Aku tak tahu kelanjutannya. Tapi kuucapkan satu kalimat menenangkan.
"Semoga berhasil. You deserve to be happy."
Biarlah aku sebagai pengamat dan pendengar, Menjadi bahu saat dia butuh ketenangan. Menjadi sahabat di saat duka. Kurelakan walau terasa perih. Kisah ini biar hanya tersimpan rapat di hati. Semoga dia tak perlu tahu. Bahwa kadang ada tangis yang jatuh saat kupanjatkan doa agar dia bahagia. Semoga aku bisa merelakan semua ini. Sebuah kisah yang telah berakhir bahkan sebelum dimulai
Surabaya...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar