Kamis, 13 Oktober 2011

Cinta dan Komitmen Itu Bukan Indomie


Diantara waktu colongan saat saya sedang menerjemahkan berita "Katy Perry mau luncurkan parfum baru", terpikirlah saya untuk menulis. Setelah sebelumnya postingan saya mungkin mellow super galau nggak jelas, tibalah saat bagi saya untuk menjadi (sedikit) DEWASA. Karena, saya sadar bahwa saya butuh ini, mengungkapkan kejujuran saya yang mungkin belum tentu bisa dicerna sebagian orang.

Dalam hidup yang terpenting adalah belajar dari pengalaman orang lain. Pesannya adalah tak ada sesuatu di dunia ini yang seinstan semangkuk Indomie goreng favorit saya.

Ini adalah sebuah cerita pertemuan saya dengan seorang pria sebut saja namanya Ari (bukan nama sebenarnya, atau memang iya??). Singkat cerita, si Ari ini baru saja memutuskan hubungan dengan kekasihnya karena dia menganggap wanitanya itu masih seperti anak kecil yang pola pikirnya gak lebih baik dari orang seumuran dia. Si Ari mengaku kalau dia marah-marah karena si wanita mencurigainya (ini menurut versi Ari) dengan pertanyaan, "Wah komen status siapa tuh? Jadi jealous".

Si Ari yang kesal menjawab:
"Itu temen gue lebih penting dari lo. Dia ada waktu gue susah, gak kayak lo. Baru gue ceritain kesusahan gue langsung menghina. Gue malu punya bokin yang sifatnya lebih kayak anak kecil daripada cewek di bawah gue."

Setelah itu, langsung saja si wanita diputusin Ari dengan tanpa babibu. Entah apa yang terjadi dengan si wanita, yang jelas Ari membahas hal ini dengan saya. Mendengar Ari yang super emosi, dalam percakapan kami selama beberapa menit itu, saya bertanya padanya.

"Ari, kenapa kamu nggak menanyakan apa alasannya si gadis menjadi anak kecil??Kenapa kamu nggak bisa mencintai seseorang apa adanya? Belajar menerima kekurangan dia, mungkin?" demikian tanya saya sok bijak.

Ari pun menjawab, "Saya juga punya kekurangan, sekarang saya miskin karena itu saya sekarang bekerja keras nyari uang. Kalau kekurangan itu bisa diubah, kenapa saya harus menerima kekurangan dia?"

Hmm wait..wait...saya jadi bingung juga sama si Ari, pasalnya apa bisa ya kekurangan keuangan disamakan dengan kelemahan diri? Karena itu saya pengen bilang bahwa komitmen dan cinta itu bukan INDOMIE yang bikinnya cuma butuh waktu 3 menit dan juga bukan baju yang kalau dalam satu bulan bosen bisa kita ganti dengan yang baru. Semua butuh waktu. Bahkan untuk mengubah diri kita sendiri saja butuh waktu. Karena bagi saya, menjadi diri sendiri itu seperti membuat mahakarya. Butuh kesabaran, pemahaman dan kerja keras ekstra.

Seperti kata Lady GaGa:
"People won't always love your work and they won't always love the causes that you fight for, but at the end of the day, I think I could be OK with it all if I knew deep down in my spirit that I was always brave and I was always doing the hardest thing."

Orang tak selalu mencintai pekerjaan kita atau tak selalu sepaham dengan alasan kita memperjuangkan sesuatu, tapi pada akhirnya, kurasa aku akan baik-baik saja dengan pikiran bahwa di lubuk hatiku yang paling dalam, aku akan selalu menjadi pemberani dan melakukan sesuatu yang paling sulit.

Singkat kata, terjemahan dari sahabat saya, Wina Panggabean: "Be brave whatever it takes for being ourselves."

Yap berani menjadi diri sendiri karena kita asli dan tak tergantikan. Saya juga belum sempurna makanya saya nggak menghakimi keputusan Ari. Saya justru berterima kasih bisa mengenal Ari. Tapi apakah masih ada Ari-Ari lain yang salah kaprah mendefinisikan cinta dan komitmen? Apakah semua orang harus sama? Apakah semua orang bisa berubah dalam sekejap mata? Dan apakah menjadi diri sendiri itu berarti harus selalu menyenangkan orang lain?

Itu tanya dalam benak saya? Bagaimana dengan anda?

Selamat sore dan jalani semua dengan senyuman karena anda tidak sendiri..^_^

3 komentar:

Ujang Arnas mengatakan...

Wah suka deh sama filosofi tentang cintanya :D
tidak seperti indomie yang dibuat hanya dalam waktu 3 menit :D
hahahaha

Over all
Saya suka tulisan ini.
dan saya sepakat dengan kata-kata terakhirnya :)
tetap semangat ya mbak :)
good luck for u

Annisa Reswara mengatakan...

emang cinta itu g segampang bikin mi instan..

Anak kecil yang sebenarnya adalah anak kecil yang mengatakan dirinya sudah dewasa.

Ari harus belajar dari situ...

Melihat Dengan Hati mengatakan...

@Uchank dan ratri: makasih banyak atas komentar dan masukannya...sukses tuk kalian