Sabtu, 03 September 2011
Hidupku Bersama Tiga Malaikat Kecil
Bi....bibi.... Itu adalah panggilan buat aku dari mereka, duo kembar yang super imut. Semua berawal dari ibu mereka yang rajin banget memanggilku bibi. Jangan lupakan pula si kecil Ranu yang lahir 11 Januari. Sehari setelah aku patah hati..hahaha (gak nyambung blas).
Alhasil segala kata pun ditiru oleh mereka..Naima dan Najma. Itu nama mereka. Buncit perutnya namun senyumnya bak malaikat. Apalagi kalau menari, lenggak
lenggok dengan gayanya yang bikin gemes.
Hari ini, entah yang kesekian kali, mereka selalu memberiku harapan, inspirasi ketika hari terasa begitu berat. Bayangkan, setiap hari pasti senang kalau ada
yang menyambut kita dengan satu kata, haloo...kata si kakak Naima atau adik Najma dengan bibir mereka yang menyunyu saat motorku memasuki garasi. Gemes rasanya melihat tingkah polah mereka. walaupun kami sekeluarga kerap juga dibuat senewen jika mereka membuat ulah entah itu rewel ataupun membuat rumah jadi berantakan.
Kalau sedang riang, mereka ibarat matahari yang terbit dari timur, menyanyi, menari bahkan menggunakan tiang tempat tidur sebagai microphone. Tapi kalau sedang ngambek, dunia pun jadi mendung. Suatu hari, kami sekeluarga dibuat panik tepat pukul 00.00 WIB. Dari kamar atas, aku mendengar ponakanku, Naima, menangis kesakitan. Segera saja kuperiksa apa yang terjadi. Dan ternyata, si kakak Naima jatuh dari tempat tidur dengan dahi benjol menyeramkan.
Panik super duperlah. Bahkan sempat mikir, "Mungkin gak ya tuh benjolan bakal meletus?" Astagfir...ngeri banget pokoknya. Maka bergegaslah aku pergi ke apotik terdekat dan membeli obat trombopop. Sungguh takjub karena ini pengalaman pertama pergi dinihari untuk beli obat.
Hari lainnya, mereka bergaya heboh. Kesibukanku di kala luang adalah memandikan tiga ponakan super lucu, Naima, Ranu dan Najma. Tak ada yang lebih menarik
selain menyaksikan tingkah polah mereka. Menarik dan tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Aku yang biasanya cuek, kini dengan senang hati membuka diri untuk kehadiran mereka. Terima kasih Ya Allah, atas kehadiran mereka dan keluargaku. Semoga aku bisa lebih belajar menghargai keberadaan mereka.
Satu hal yang kusukai ketika sang adik Najma memeluk dan menepuk-nepukkan tangannya ke punggung. Baru berusia satu setengah tahun saja sudah bisa belajar menenangkan orang dewasa. Lucunya, bahagia sekaligus terharu. Mereka memang bukan anak-anakku. Tapi mereka berarti bagiku. Kuharap aku bisa menjadi bibi dan suatu saat menjadi ibu yang baik. Mereka membantuku melihat dunia lebih baik. Membantuku bersikap bijak dan menenangkanku kalau badai tiba. Tak ada yang lebih berharga selain tawa ceria anak-anak dan yang berarti dalam hidup kita. Kuharap aku pun berarti untuk mereka. ^_^
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Aminnn Ya Rabb..
Mbak Ria pasti selalu berarti buat mereka. Karena mereka sayang ama Mbak Ria.
Ihhhhh lucuuu, pinginnnn nyubitttt ^^
makasih Ratri, nyubit saya apa ponakan..hahahaha
Posting Komentar