Selasa, 15 November 2011

Analog Photography Is A Gift From God

  
"To me, photography is an art of observation. It's about finding something interesting in an ordinary place. I've found it has little to do with the things you see and everything to do with the way you see them." - Elliot Erwitt

Sejak saya mulai belajar fotografi analog, saya jadi semakin menghargai proses dan mengenal banyak orang. Tentu saja ambisi untuk membidik gambar yang bagus juga menjadi prioritas saya. Tapi dengan analog, saya belajar menunggu, menikmati indahnya frame demi frame yang sudah saya bidik tanpa tahu bagaimana hasilnya. Ada sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata ketika mata terpicing sebelah sambil melihat view finder yang terkadang terbatas ruangnya.

Tapi saya jatuh cinta pada proses itu. Karena saya jadi semakin bisa melihat dengan perspektif yang berbeda. Belajar untuk tidak menilai atau menghakimi tapi memahami. Tersenyum dari hati diantara pahitnya peristiwa. Seperti yang saya lakukan di hari Selasa.

Judul kisahnya adalah "Episode Ban Bocor di Hari Selasa". Mungkin ini sedikit tak ada hubungannya dengan fotografi analog yang sedang saya puja itu. Tapi ada alasan spesial kenapa saya menulis ini. Karena untuk kedua kalinya saya mengalami episode ban bocor dengan orang yang sama di saat suasana hati saya sama-sama sedang galau (Remember, Miss Galau is my new nickname, but I am proud of it)..

Diantara sisa-sisa gerimis semalam, saya berjalan menemani seseorang yang mendorong motornya sambil menyandang ransel berisi kamera. Saya berada di belakang  sambil membatin, "Ini hari apa? Selasa bukan? Rasanya seperti Dejavu."

Yap, pekan lalu pun saya bersama seseorang ini juga melakukan hal yang sama. Dia mendorong motor dan saya membawakan helm. Dan sebenarnya, saya sedikit berharap, ini bisa menjadi ritual di hari Selasa, meski bukan bersamanya (Bukan bagian ban bocornya sih..). Tujuannya cuma satu. Supaya saya punya waktu buat menikmati malam dengan JEDA.

Dan tahukah anda betapa menariknya duduk di tempat tukang tambal ban bersama "Seseorang" siapapun itu sambil berbincang tentang banyak hal? Rasanya seperti minum teh hangat sambil menikmati hujan dan mendengarkan lagu John Mayer "The Heart of Life" or melodinya "The Street of Kotagede" (Ah saya kangen sama Jogja).

Peristiwa ban bocor itu rasanya seperti mendapat hadiah dari Tuhan yakni sebuah "JEDA" ketika saya merasa lelah untuk berjuang. Alhamdulillah saya diingatkan untuk bersyukur. Bahwa saya diberi banyak peristiwa agar saya bisa belajar dari semua hal itu. Seperti kata Syahrini, "Alhamdulillah ya, sesuatu banget."

Met makan siang..^_^

4 komentar:

Syam Matahari mengatakan...

Tulisannya dikemas sangat manis. Suka saya... saya suka definisi JEDA disini.

Mau itu analog atau digital, fotografi memang hal yang membuat org yg tertarik jadi cinta secinta-cintanya.

salam hangat :)

Melihat Dengan Hati mengatakan...

amin..makasih syam matahari...^_^

arya.poetra mengatakan...

Terkadang, bagi sebagian orang, selembar foto lebih banyak bercerita. Ia, bercerita lebih dari 1000 kata.. Penggemar Fotografi jg ya? Wah, sy dapat teman belajar nih..

Melihat Dengan Hati mengatakan...

Amin makasih mas Arya Poetra